Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Writing Contest Bisnis

2015 merupakan tahun monumental karena Republik Indonesia berusia 70 tahun. Inilah momentum yang tepat untuk melakukan refleksi di segala bidang. Untuk itu, Bisnis.com dan Kabar24.com, di bawah payung Bisnis Indonesia Group of Media (BiG Media), menggelar Writing Contest bertema Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia, sebagai wadah bagi anak bangsa untuk menuangkan ide dalam memecahkan berbagai masalah di negeri ini. Bisnis Indonesia Writing Contest dibagi dalam subtema berikut : Harapan Kepada Jokowi Politik dan Demokrasi Membangun Kemandirian Ekonomi Maju Bersama Ekonomi Kreatif Bangga Produk Anak Bangsa Memberdayakan Ekonomi Maritim Penguatan Sektor Keuangan dan Inklusi Finansial Memperbaiki Transportasi Publik dan Kendaraan Ramah Lingkungan Hemat Energi Jelajah Wisata Indonesia Menggelorakan Semangat Pemberantasan Korupsi Memacu Prestasi Olah Raga Revolusi Mental Lewat Pendidikan Menjaga Kelestarian Lingkungan Menuju Masyarakat Sehat Syarat Lomba

ISS (Indonesian Student Summit) 2015

 ISS (Indonesian Student Summit) 2015           ISS (Indonesian Student Summit) 2015 merupakan acara yang yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Tahun ini merupakan tahun kedua diselenggarakannya kegiatan ini. Kegiatan ini berupa forum berkumpulnya mahasiswa Indonesia yang bertujuan untuk mencari solusi dan memberikan tindakan terhadap permasalahan yang terdapat di Indonesia serta menjalin hubungan silaturahmi antar sesama generasi pelurus bangsa. Forum ini menghimpun ide-ide kreatif dalam pembangunan potensi daerah melalui kompetisi yang ditawarkan. Solusi ide kreatif dan inovatif akan direalisasikan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa.   Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud tanggung jawab mahasiswa sebagai agent of change , iron stock, dan social control . info lebih lanjut : follow us : @ISS_UB visit us    : iss.fp.ub.ac.id email      : iss@ub.ac.id CP         : 089 654 350 756 (Endras)                 08

“Hidroponik” Satu Langkah Aktualisasi Pertanian Berkelanjutan

“Hidroponik” Satu Langkah Aktualisasi Pertanian Berkelanjutan Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia juga mempengaruhi peningkatan jumlah konsumsi masyarakat Indonesia. Perlu adanya sikap untuk menghadapi masalah tersebut, salah satunya dengan penerapan sistem pertanian hidroponik. Hidroponik menjadi salah satu alternatif karena sangat sesuai dengan tujuan pertanian berkelanjutan yang menekankan pada pertanian yang mempertimbangkan keadaan ekologi alam, manusia dan ekonomi. Hidroponik   merupakan   salah   satu   sistem   pertanian   masa   depan   karena   dapat   diusahakan   di berbagai tempat, baik di desa, di kota,   di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Luas tanah yang   sempit,   kondisi   tanah   kritis,   hama   dan   penyakit   yang   tak   terkendali,   keterbatasan   jumlah   air irigasi, musim yang tidak menentu,   dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik.   Hidroponik   dapat diusahakan sepa

PADI ORGANIK KOMODITAS PENDORONG PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PADI ORGANIK KOMODITAS PENDORONG PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Pertanian berkelanjutan merupakan jawaban atas revolusi hijau yang terjadi pada era tahun 60 an yang mengakibatkan kesuburan tanah menurun dan terjadi kerusakan lingkungan yang berpengaruh langsung pada dunia pertanian secara khusus. Menurut Utami dan Handayani (2003), sistem pertanian yang berbasis pada bahan bakar fosil seperti pupuk kimia dan pestisida anorganik dapat merusak sifat-sifat tanah sehingga berdampak pada penurunan produktivitas tanah untuk waktu yang akan datang. Praktek pertanian organik saat ini masih dalam perdebatan. Pihak yang kontra menyangsikan keberhasilan sistem ini dalam memenuhi kebutuhan pangan seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan tetapi pihak yang pro seperti The Soil Association and Sustain (2001) berpendapat bahwa sebenarnya penyebab kelaparan adalah karena kemiskinan bukan karena ketersediaan bahan pangan yang kurang. Menurut Sanjaya (2